Begitulah kalo disuruh menggambarkan sinetron yang ada di Indonesia ini. Semuanya gak ada yang berbobot *menurut penilaian pribadi*. Entah itu menggambarkan kekayaan yang melimpah ruah, iri hati, dengki, kekerasan, dsb.
Bahkan ada yang bercerita seorang gadis desa datang ke Jakarta untuk mendapatkan pekerjaan. Begitu sampai Jakarta dengan mudahnya gadis tersebut mendapatkan pekerjaan. Gak berhenti sampai disitu, eh ada orang kaya naksir sama gadis tersebut, apa gak diwarisin harta kekayaan. Weleh..weleh...what a wonderful life .
Bagi saya tuh semuanya gak masuk akal, semuanya seperti menggambarkan kalo hidup di Jakarta *kota* begitu mudahnya. Padahal semua itu berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Bagi saya pribadi mencari kerjaan di kota-kota besar, salah satunya Jakarta sangat amat susah sekali *terlalu dramatis yah keknya* . Tapi memang begitulah keadaannya, kalo gak punya kemampuan khusus gak bakalan bisa. Ujung-ujungnya paling jadi sales yang kerjaannya muter-muter gak jelas, capek iya, dapet duit gak. Jadi kan orang-orang desa/kampung berpikir, "wuah, kerja di kota gampang yah?". Padahal tidak sama sekali saudara-saudara.
Dan akhirnya, karena banyak yang berpikiran seperti itu, jadilah Jakarta dengan segala kekurangan dan kelebihannya kelebihan penduduk, yang mengakibatkan macet dimana-mana. Banyak pengangguran dimana-mana, banyak rumah-rumah liar dimana-mana. Seharusnya ibu kota tuh bagus, rapih, eh ini malah lusuh, kumuh, kotor, ck...ck...ck... Puncaknya lagi jadi banjir dimana-mana. Kalo menurut pribadi seh gara-gara pembangunan rumah yang ilegal, sehingga saluran pembuangan air gak lancar.
Mengingat tentang dampak sinetron. Saya jadi teringat kasus yang baru-baru ini terjadi. Kebetulan saya nonton berita di tv yang menginformasikan kalo ada anak SD bunuh diri gara-gara di ejek teman-teman sekelasnya lantaran potongan rambutnya seperti laki-laki. Ini mengingatkan saya kembali akan sinetron-sinetron yang ditayangkan. Salah satu adegannya ada yang menceritakan seorang anak kecil bapaknya seorang pembantu dan dia di hina oleh teman-temannya. What the hell is it? So, what gtu loh. Mo bapaknya pembantu kek, mo bapaknya sopir, yang penting kan halal.
Anak-anak sekarang suka nonton sinetron yang berbau-bau kekerasan. Mulutnya itu loh comel banget. Rasanya pengen gw jahit tuh mulutnya. Seharusnya pihak pembuat sinetron lebih aware akan dampak dari sinetron tersebut, jangan hanya mementingkan rating, rating dan rating yang tinggi. Tapi bagaimana caranya menciptakan sebuah sinetron yang bagus dan baik dari segi akhlak.
Ya mudah-mudahan ke depannya perfilman dan persinetronan di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Dan orang tua juga memperhatikan tontonan anak-anak mereka, jangan mentang-mentang ada lembaga sensor, maka tidak diperhatikan. Yang lebih penting lagi agama mereka juga lebih di pertebal lagi, supaya mereka bisa membedakan mana yang baik dan salah, amiiin.
gue setuju banget comment loe tentang sinetron yg banyak beredar di layar kaca indonesia.....semuanya ngbosenin hehehe.....gak ada yg menantang and real, semuanya tentang percintaan. Ya cinta segi 3 pe segi 4 juga ada ye?
ReplyDeleteayo....dunk sineas2 muda jgn bikin sinetron or film yg gak mutu dunk, bikin cerita yg membangun biar negara ini maju...MERDEKA...!!!
cukup sekian and terima kasih
xixixixi,,, no comment lah :p *kabur ah, sebelum ditimpuk tiket nonton* :))
ReplyDelete# anonymous : iya, hidup sineas muda, merdeka. *apa coba, hehehe*
ReplyDelete# a2i3s : jiah...pede banget di timpuk pake tiket nongton. yang ada mah ditimpuk pake sendal. *gak deng, sayang sendalnya, xixixixi*.